Skip to content

Perplexity AI Tawar 550 Triliun untuk Beli Browser Google Chrome

JAKARTA – Dunia teknologi digemparkan dengan manuver berani dari Perplexity AI, startup kecerdasan buatan (AI) yang sedang naik daun. Secara tak terduga, Perplexity AI melayangkan tawaran fantastis senilai $34,5 miliar (sekitar Rp 550 triliun) untuk mengakuisisi peramban web Google Chrome. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh CNBC pada Selasa (19/11/2024), menyulut spekulasi dan perbincangan hangat di kalangan pemerhati industri.

Angka tawaran tersebut jauh melampaui valuasi Perplexity AI saat ini. Namun, pihak startup mengklaim bahwa sejumlah investor telah menyatakan kesediaan untuk mendukung kesepakatan raksasa ini. Sebagai informasi, pada Juli lalu, valuasi Perplexity mencapai $18 miliar, menyusul valuasi $14 miliar beberapa bulan sebelumnya. Google sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait tawaran ini, sementara Wall Street Journal adalah media pertama yang melaporkan kabar ini.

Perplexity AI: Lebih dari Sekadar Mesin Pencari

Perplexity AI dikenal luas melalui mesin pencari berbasis AI-nya yang inovatif. Mesin pencari ini tidak hanya memberikan jawaban lugas dan langsung atas pertanyaan pengguna, tetapi juga menyertakan tautan ke sumber asli materi di internet. Ini menjadi pembeda utama dari mesin pencari konvensional. Tak berhenti di situ, bulan lalu Perplexity meluncurkan peramban web berbasis AI-nya sendiri yang dinamakan Comet. Langkah ini menunjukkan ambisi besar Perplexity untuk bersaing di ekosistem peramban.

Saat ini, startup ini tengah berada di tengah “perang” sengit untuk mendominasi ranah AI generatif. Berbagai perusahaan teknologi raksasa, termasuk Meta dan OpenAI, berlomba-lomba menarik talenta terbaik dengan menawarkan gaji menggiurkan dan bonus perekrutan fantastis kepada para insinyur top. Perusahaan teknologi megacap menghabiskan puluhan miliar dolar setiap tahun untuk infrastruktur AI guna membangun large language models (LLM) dan menjalankan beban kerja berat. Sementara itu, startup mengumpulkan miliaran dolar dari investor ventura, hedge fund, dan raksasa teknologi untuk mendanai perangkat keras dan jumlah karyawan yang dibutuhkan demi bersaing.

Sebelumnya, Meta sempat mendekati Perplexity pada awal tahun ini untuk potensi akuisisi, namun kesepakatan tersebut tidak terealisasi.

Korelasi dengan Gugatan Antimonopoli Google

Tawaran Perplexity ini muncul setelah Departemen Kehakiman AS (DOJ) mengusulkan agar Google melepaskan Chrome sebagai bagian dari gugatan antimonopoli yang dimenangkan Google tahun lalu. Hakim dalam kasus tersebut memutuskan bahwa Google telah memegang monopoli ilegal di pasar inti pencarian internet.

Menanggapi hal tersebut, Google menyatakan bahwa DOJ mendorong “agenda intervensionis radikal” dan proposal badan tersebut “terlalu luas”. Perusahaan belum mengungkapkan bagaimana mereka berencana untuk menyesuaikan bisnisnya setelah putusan antimonopoli tersebut.

Chrome, yang diluncurkan Google pada tahun 2008, menyediakan data bagi raksasa pencarian ini, yang kemudian digunakan untuk menargetkan iklan. DOJ menyatakan dalam pengajuan setelah keputusan pengadilan bahwa memaksa perusahaan untuk menyingkirkan Chrome akan menciptakan level playing field yang lebih setara bagi para pesaing mesin pencari.

“Untuk mengatasi kerugian ini, [Initial Proposed Final Judgment] mengharuskan Google untuk mendivestasi Chrome, yang secara permanen akan menghentikan kontrol Google atas titik akses pencarian kritis ini dan memungkinkan mesin pencari saingan untuk mengakses peramban yang bagi banyak pengguna adalah pintu gerbang ke internet,” tulis DOJ.

Bukan Pertama Kalinya Perplexity Melakukan Gebrakan Besar

Tawaran Perplexity untuk Chrome bukanlah kali pertama startup ini mengambil langkah berani.

Pada Januari lalu, startup ini mengajukan proposal untuk bergabung dengan aplikasi video pendek TikTok. Masa depan TikTok di AS sendiri tidak pasti sejak tahun 2024, ketika Kongres mengesahkan undang-undang yang akan melarang platform tersebut kecuali pemiliknya dari Tiongkok, ByteDance, melepaskan kepemilikannya.

Hingga Agustus, struktur yang diusulkan Perplexity untuk kesepakatan TikTok belum terwujud. Aksi ini semakin mempertegas ambisi Perplexity AI untuk menjadi pemain utama di ranah teknologi global, tidak hanya di sektor AI, tetapi juga di area platform dan browser.

Sumber: CNBC